Jumat, 21 Oktober 2011

CAREER WOMEN, WHY NOT?

Ladies, Wanita karir, dalam segala levelnya, kian hari kian cemerlang. Mulai dari pimpinan negara, top executive, hingga kondektur bus bahkan tukang becak sekarang sudah ada yang dilakoni oleh kaum wanita. Hingga kini boleh dibilang nyaris tidak ada jenis profesi yang belum terambah oleh kaum hawa.

Memasuki era globalisasi dimana emansipasi terhadap wanita semakin tinggi, banyak wanita yang meninggalkan kehidupannya sebagai makhluk rumah sejati, mengurus anak dan suami, untuk kemudian bekerja dan ikut berperan menafkahi keluarga.

Ada yang berpendapat wanita bekerja sebagai hal yang baik, namun ada juga yang atas nama agama menganggap hal ini adalah pemberontakan terhadap kodrat perempuan.

What do you think ladies? Apa saja problem yang dihadapi wanita dalam mengejar karier? Bagaimana mereka mengatasinya? Dan bagaimana pendapat pria mengenai wanita karier?

Keep going, because if you miss last episode of #LadiesTalk on Fresh Radio 96.9 FM, here are what we discuss…

WHY WOMEN CHASE CAREER??

Banyak hal dibalik alasan kita untuk tetap berkarir, my reasons might be different with yours, and most men might not understand this, but a girls gotta do what a girls gotta do, right?

1. Earn money to make a living;

This would be the No.1 and most common reason for women to stay working, because we have to make a living, for ourselves, for our family, or maybe for our kids. There are times when we are tired of hitting the road early in the morning and coming home almost midnight for work, and wish, that we could just simply lucky to be rich, so we can wake up whenever we want and do whatever we feel like doing. But life is not that easy, and u gotta keep going, no matter what.

2. Passion;

They say, if we do what we love, we never feel like working. It’s passion. We’re doing it for the sake of loving it, money is just something followed. Hmm, how envy you are with this reasons?? J I know I am. Hehe..

3. Independent;

Pernah ngga kita merasa we need to get out of from parents & family, supaya ga ada yang bisa mengatur hidup kita? This one is also the reasons most women work. We want to have our privacy. Dengan bekerja dan menghasilkan uang kita bisa hidup berpisah dari keluarga dan menjalani hidup mandiri tanpa terlalu dicampuri.

4. Better income;

So I say, pernah terlintas dikepala untuk mencoba bekerja dari rumah, doing MLM business, online shopping, and many of others, but maybe i'm just bad at those, because none of that can get me better income than working out-there. Plus with the kids around, it’s really difficult to get focus.

5. Memaksimalkan latar belakang pendidikan;

“Sayang kuliah tinggi-tinggi, cuma berakhir di dapur”

This would be what most parents say, dan beberapa dari kita yang memang bukan wanita “rumahan” pikirkan, ketika seseorang menikah, mempunyai anak kemudian memutuskan untuk berhenti bekerja. Bukan berarti menjadi ibu rumah tangga itu pekerjaan yang gampang lho ya, because I personally experienced it, and its not as easy as a-b-c, believe me, handling kids is waaaaaaaaaaaaaaaaay more complicated & stressing than making out one proposal or deal. *lebay*. Anyway, it is somehow true that it would be such a waste of time studying college but u never gets to practice it in a real work environment.

6. Tidak memiliki pasangan/anak;

Well, this sounds make sense to get yourself busy working and chase a creer, since u’ve nothing to worried, yet… ;p

7. Getting that tertiary;

Isn’t it fuuuuuun???!! Working to earn money, but not to pay the bills. It’s just for the sake of having those fancy shoes, bags, and cloths. Awww!!

8. Menunjukan bahwa wanita bisa lebih baik dari pria

Not much to tell about this, all the girls with this reason; YOU GO GIRL!

9. Mengikuti jejak orang tua;

e.g How many of you see some family which the father, and the children, and even their wife is all doctors?? There are some unwritten rules here in our eastern culture, that a child must run the parents legacy. It could be good, but it could also could get ugly, ladies. Because when u do it for someone else, u might not 100% on doing it, just be careful with that. We don’t want to realize at our 50’s that we have wasted all those years doing things we never really care about. Remember we are what we are, each person is unique.

10. Ingin memperluas pergaulan, networking;

I am fully awared that network is a very important thing, either u are teenagers, housewife, and working women. We should never stop building networks. Set our goals, hit our target, and make it happen. We never know one day all those networking will help us to achieve our goals.

DILLEMAS

As for any decisions in life, career women will also deals with DILLEMAS, and what are they:

  1. Tidak ada waktu untuk diri sendiri demi alasan profesionalisme
  2. Peran Ganda; Tidak ada waktu untuk keluarga, pasangan, atau anak
  3. Dianggap remeh, tidak mampu bersaing dengan pria
  4. Pria enggan mendekati karena merasa terintimidasi oleh pekerjaan kita
  5. Fisik tidak sekuat pria, hukum alam sepertinya, hiks...
  6. Pandangan negative dari keluarga atau sekitar
  7. Naluri keibuan muncul (Ingin mengabdi untuk suami dan anak dirumah)

WHAT MEN THINK

Diakui atau tidak, pria atau pasangan kita punya peran yang cukup penting dalam menentukan pilihan kita untuk mengejar karier atau tidak, bagaimana sih sebenarnya pendapat pria tentang wanita yang mengejar karier? Dan Sosok wanita seperti apa yang mereka inginkan?

Last Tuesday on #LadiesTalk we get to interview some men, and surprisingly, most men nowadays don’t mind having working women to be their partner. Even still, under one condition those women should be able to handle both family and work on balance.

HOW WE DO IT

Nah, untuk wanita menikah diluar sana yang juga bekerja, menurut Triaryati (Psikolog), peran ganda sebagai pekerja maupun ibu rumah tangga mengakibatkan tuntutan yang lebih dari biasanya terhadap wanita. Karena terkadang para wanita menghabiskan waktu tiga kali lipat dalam mengurus rumah tangga dibandingkan dengan pasangannya yang bekerja pula. Penyeimbangan tanggung jawab ini cenderung lebih memberikan tekanan hidup bagi wanita bekerja, karena selain menghabiskan banyak waktu dan energi, tanggungjawab ini memiliki tingkat kesulitan pengelolaan yang tinggi.

Berarti dalam hal ini, working mothers boleh berbangga, karena belum tentu loh seorang pria bisa memiliki peran ganda sebagai pencari nafkah sekaligus mengurus rumah & anak. Tapi, however strong we are, there are times we feel like quitting right, nah semoga beberapa tips dibawah ini bisa menjadi guidance untuk bertahan ya:

  1. Ambitioust, Calm & Confidence; Believe that we can
  2. Set a goal, know what you are doing, make it happen; Those who succeed are willing to try, fail, and try again. You’ve heard the saying “no risk, no reward”. In order to advance in any area of your life, you have to be willing to go out on a limb. But more than that, you must have the willpower to pick yourself up when you fall flat on your face, and continue with even more resolve.
  3. Support from Family, Friends, and Partner
  4. Good Time Management; Untuk diri sendiri, keluarga, pasangan, kehidupan social. Never forget to treat yourself a “me-time” once in a while.
  5. Membuat skala prioritas; Tingkatan yang paling penting bagi disiri kita, keluarga, dan masa depan
  6. Resourceful; Never stop learning dan jadikan kekuatan interpersonal kita sebagai wanita dalam bekerja. Kita punya kelebihan dalam bidang interpersonal, insting, we use feelings, jadikan semua itu kunci keberhasilan.
  7. Maintain good communication; Dengan keluarga, pasangan, juga rekan kerja. We never know what will happen and we might need them to succeed
  8. Don’t complain; This would be the LAST but NOT THE LEAST. Don’t be so whiny about it, we are a grown-up young ladies, we can handle everything nice & smoothly. We are fully aware of the consequences and we take responsibility to our actions, right??

THE POINT IS…

Wanita Indonesia memang beragam. Sebagian memilih karir sebagai sarana mengekspresikan diri. Sebagian lagi memilih berkonsentrasi pada keluarga dan sebagian lagi cukup sukses menjalankan keduanya. Tidak ada yang salah dari keduanya, semua kembali ke pribadi masing-masing dan menjadi HAK masing-masing wanita untuk memilih. Tinggal bagaimana kita menyikapi dan menjalani profesi tersebut dengan sebaik-baiknya. So ladies, whether u’re working or not, make sure that decisions is yours to make ok…

*Singing : I’m Every Women – Chaka Khan*

Oops, angkatan bgt ya pilihan lagunya? Ganti deh… *I’m a women hear me roar… - Hellen Reddy* Hadoooh, LEBIH JADUL!!

*tutup playlist, tidur*

Senin, 10 Oktober 2011

Going 30 and Being Single

Sebagai perempuan sedari kecil kita sering bermimpi tentang masa depan kita, dan memiliki suami dan anak merupakan bagian yang selalu ada dalam mimpi masa depan tersebut. Kita bisa merencanakan bagaimana pesta pernikahan kita nanti lengkap mulai dari nama-nama tamu undangan, warna seragam sampai bunga apa untuk di buket-nya.

Namun layaknya sebuah mimpi. Tidak selalu semua sesuai harapan. Bagi wanita, mendekati usia 30-an dan berstatus single ternyata banyak memberikan tingkat stress tersendiri bagi perempuan.

Banyak wanita yang berpikir usia 30 adalah akhir dari segalanya, ini biasanya karena telah ditanamkan dari generasi ke generasi bahwa wanita berusia diatas 30 tidak dapat menemukan cita dan memiliki keturunan. Walaupun ini terkesan tabu, pada kenyataannya 50% pernikahan berakhir di perceraian dan ini umur para wanita ini saat menikah adalah dibawah 25 tahun. Terlalu muda? Bisa jadi.

Well, sebenarnya menjadi single tidak selalu buruk, kegagalan dalam hubungan memang bisa meninggalkan trauma yang cukup dalam, tapi pada titik tertentu kita bisa mengambil sisi positif terlepas dari hubungan yang manipulative atau bahkan abusive.

Di era saat ini, terkadang menjadi single bukanlah hal yang “terpaksa” kita terima, melainkan justru menjadi pilihan, daripada harus menghabiskan waktu berada dalam suatu hubungan atau bersama seseorang yang tidak sesuai dengan hati kita.

Tentu saja di budaya kita, tidak bisa dipungkiri terkadang tuntutan dari keluarga, pandangan masyarakat, bahkan teman terdekat membuat seakan menjadi single adalah sebuah “aib” dan membuat kita ingin segera menyudahi masa-masa ini.

Ada info menarik dari U.S. Census Bureau yang baru baru ini melakukan survey terhadap wanita-wanita di New York dan menemukan fakta bahwa New York turns out is not only “the city who never sleeps” but also “the city who never gets hitched”.

Hasil survey menemukan bahwa 41.7% wanita di New York usia 15 keatas tidak pernah menikah. Hal ini terjadi karena rata-rata mereka menyadari bahwa mereka adalah wanita mandiri yang ingin bebas melakukan hal-hal yang mereka sukai tanpa harus berbagi atau memikirkan pasangan. Dengan kata lain, menjadi single adalah pilihan mereka untuk tidak terikat.

Begitu juga dengan data Single Mother yang meningkat dari 33.5% pada tahun 2009 menjadi kurang lebih 37% dalam dua tahun terakhir.

Hampir separuh populasi wanita di New York City bisa sangat berani memilih untuk menjadi single, bagaimana dengan kita?

Sebagai individu, kita butuh waktu untuk tumbuh dan memilih apa yang kita inginkan untuk masa depan kita. Kita butuh waktu untuk merasakan hidup sebagaimana kit amampu tanpa pasangan atau anak. Karena kehidupan setelah menikah akan memiliki arah yang berbeda, dan hal-hal yang dulu tampak indah tidak selalu indah.

Untuk wanita di usia 30 atau menjelang 30, kita harus cukup mencintai diri kita sendiri agar tidak menyerah menemukan seseorang yang sesuai untuk menjadi pasangan. Jangan biarkan pikiran mengenai waktu untuk memiliki anak yang semakin dekat menjadi alasan untuk terburu-buru.

Konon katanya pria dewasa lebih tertarik dan respek terhadap wanita yang membuka dirinya terhadap pria yang datang, tetapi tetap bisa hidup walau tanpa mereka, yang tidak akan hancur berkeping-keping tanpa pria. Justru wanita yang terlihat terlalu ingin segera menikah membuat pria menjadi takut.

http://www.helium.com/knowledge/15376-women-in-their-30s-overcoming-fear-of-being-single

WOMEN IN THEIR 30'S: OVERCOMING FEAR OF BEING SINGLE

Apakah pandangan yang aneh ketika kita berjalan di mall atau nonton sendirian?

Atau wajah “kasihan” yang ditunjukan oleh orang sekitar kita?

Malam-malam yang kita habiskan sendiri berpikir apa yang salah dengan diri kita?

Atau pertanyaan mematikan dari keluarga dan kerabat yang menanyakan “Kapan Married?

Dengan semua tekanan dari teman, keluarga, dan lingkungan kita untuk menemukan pasangan, tidak heran kalau wanita di usia 30an menjadi takut untuk menjadi “single”. Padahal seharusnya pilihan menjadi single itu tidak mempengaruhi pemikiran orang lain terhadap kita, begitu pula fakta bahwa kita belum menemukan seseorang yang special untuk dijadikan pasangan hidup. Bagaimana caranya agar kita bisa mengatasi kekhawatiran ini dan menikmati hidup ini?

Sama seperti kekhawatiran yang lain, rahasia untuk mengatasi kekhawatiran sebagai wanita single adalah dengan:

1. Define the enemy

Hal apa yang menakutkan sebagai seorang single? Apa yang kita takutkan akan terjadi dengan menjadi seorang single? Apa yang kita takutkan orang lain katakana tentang kita sebagai single? Tuliskan semua ketakutan itu dan pikirkan cara yang mudah untuk mengatasi semua itu.

Terkadang kita takut dengan menjadi single orang akan berpikir kita tidak menarik atau tidak layak dicintai, tapi cobalah untuk melihat bahwa diluar sana, bahkan selebriti yang terlihat sempurna pun masih banyak yang single. Mereka dengan yakin mengatakan bahwa menjadi single bukanlah suatu masalah. Cobalah untuk merubah ketakutan kita menjadi suatu hal yang positif.

2. Start at home.

Mulailah melakukan hal-hal yang bisa kita nikmati dengan diri sendiri. Karena rumah adalah tempat dimana kita bisa paling jujur mengekspresikan diri kita, maka cobalah lakukan kegiatan yang kita nikmati sendiri dirumah, hal ini membuat kita merasa terpenuhi dan lebih kuat dalam menghadapi ketakutan menjadi single. Apapun yang terjadi, dirumah kita mempunyai banyak hobi, rutinitas, acara TV dan perawatan tubuh yang akan selalu ada.

Baby Steps

Coba lakukan hal diluar yang bisa kita lakukan sendiri, seperti shopping atau melihat pameran. Banyak orang yang bisa melakukan semua itu sendiri, terkadang bukan karena mereka tidak ada teman, tapi karena merekamerasa lebih nyaman melakukan semua itu sendiri. Cobalah menikmati setiap kegiatan tersebut.

3. Broaden your horizons

Coba lakukan kegiatan yang biasanya dilakukan orang lain berpasangan, yang bahkan kita sebelumnya tidak mempertimbangkan untuk lakukan sendiri. Misalnya menonton bioskop atau makan malam diluar. Bayangkan kita bisa memilih film favorit kita, menonton tanpa diganggu, atau makan menu yang kita pilih tanpa harus berbagi dengan pasangan. Membaca buku favorite di coffee shop tanpa diganggu, dsb-nya. Intinya bukan pada pergi sendiri lebih baik daripada berpasangan, hanya saja, terkadang melakukan hal tersebut sendiri bisa menjadi suatu hal yang menyenangkan juga.

4. Spread your wings.

Pergi ke acara-acara social dan cobalah untuk berhenti berpikir untuk menemukan pasangan, fokuskan diri kita pada menikmati suasana dan sekeliling. Rasakan nikmatnya kebebasan datang dan pergi kapanpun kitra mau dan berbicara dengan siapapun.

5. Soar with Pride

Coba ingat-ingat apa yang orang katakana tentang menjadi single dan terus yakinkan diri kita bahwa menjadi single bukanlah suatu masalah. Jika kita bisa merasa nyaman dengan keadaan kita, segala sesuatu akan terlihat lebih indah. Wanita dewasa yang terlihat nyaman dengan dirinya sendiri akan terlihat lebih menarik bagi pria-pria yang dewasa, karena mereka mencari seseorang yang bisa menghadapi masalah masalah dalam hidupnya secara lebih matang dan tetap bisa menikmati hidup.

ALASAN WANITA TETAP SINGLE DI USIA 30

1. Taking a longer time to get established financially or in a rewarding career;

2. Having curveballs in life thrown at you such as a lay off, ongoing health issues or low income;

3. Not knowing who you are in your 20s;

4. Staying in dead end relationships too long;

5. Not dating commitment worthy partners;

6. Ending relationships with nice, trustworthy men or women who could’ve been right for you;

7. Being too picky or simply not meeting a compatible, mutual match chemistry-wise.

Banyak yang tidak menyadari bahwa sebenarnya pernikahan atau berada dalam suatu hubungan juga bisa menjadi sebuah kesalahan. Bahkan mereka yang menikah karena dasar cinta bisa terjebak dalam situasi yang salah sehingga, cinta saja menjadi tidak cukup untuk melanjutkan rumah tangga. Oleh karena itu, merupakan suatu hal yang wajar jika wanita dewasa saat ini lebih berhati-hati dalam memilih pasangan dan memilih untuk menjadi single.

It is not a matter of when to settle down, it is the matter on who to settle down with. Dengan berusia 30 dan single, kita cenderung lebih cermat dalam memilih pasangan hidup.

Memang terkadang saat capek sepulang kantor atau sendiri dirumah ada rasa kesepian dan harapan ada seseorang, tentunya pasangan kita, disamping kita untuk berbagi. Nah, kalau perasaan ini sedang datang, kita bisa mencoba berpikir bahwa:

1. Single tidak selalu identik dengan kesepian. Kita bisa saja tetap merasa hampa dan kesepian bahkan ketika sedang bersama pasangan kita.

2. Yakin pada kekuasaan Tuhan. Bahwa TUhan tahu yang terbaik untuk kita dan saat yang tepat untuk hal-hal terjadi dalam hidup kita. Kadang hal-hal terjadi justru disaat kita tidak mengharapkannya.

3. Di saat single kita bisa memaksimalkan waktu untuk meraih karier yang diinginkan, atau sekolah lagi.

4. Memiliki kebebasan untuk menikmati waktu sengang membaca buku favorit, tidur sepanjang hari, atau pergi liburan tanpa memikirkan tanggung jawab terhadap anak atau suami.

5. You are NOT alone. Bersyukur karena memiliki teman-teman yang selalu ada disamping kita dan membantu kita untuk tetap berpikir positif.

Bayangan seorang wanita single sebagai wanita yang gila dan berbicara sendiri dengan kucingnya adalah gambaran yang sangat buruk mengenai wanita single. Padahal kit abis asaja melihatnya usia 30 dan tetap single sebagai “extension” dari 20an, dimana kita punya waktu extra untuk melakukan first date, first kiss, and meeting that special person.

Fakta lain mengatakan bahwa wanita takut menjadi single bukan karena kita tidak mampu menghidupi diri kita sendiri, tapi lebih kepada rasa takut menghadapi diri kita sendiri. Apakah kita menjadi lemah karena kita single? Bukannya menggantungkan diri pada orang lain merupakan satu bentuk kita menjadi lemah karena membiarkan orang lain berbagi beban bersama?

KESIMPULAN:

1. Apapun pilihan hidup kita, baik itu single atau menikah, jika kita selalu bergantung pada orang lain untuk membuat kita merasa utuh, maka kita kan terus kecewa. Jadi berhenti memikirkan hari esok, esok akan berjalan dengan baik. Jalanilah jari ini dengan baik, single atau married, get the most fun out of it.

2. Yang bisa kitalakukan adalah mencintai diri kita apa adanya, dan menikmati hidup. Memiliki pasangan bukanlah jaminan kita akan bahagia, jadi pastikan kita bahagia dengan diri kita sendiri sebelum kita mencari pasangan. Ketika kita bahagia dengan diri kita, memiliki pasangan merupakan tambahan, dan kita tahu, kita bisa bertahan dan bahagia walau sendiri.

3. Selalu bersyukur atas adanya teman, keluarga, karier, dan semua hal yang ada dalam hidup kita

4. Menerima bahwa ada beberapa hal dalam hidup yang berada diluar kuasa kita, dan jodoh adalah salah satunya.


LADIES TALK QUOTES:

1. "Sometimes you have to stand alone to prove that you can still stand." - Anonymous

2. "Being single used to mean that nobody wanted you. Now it means you're pretty sexy and you're taking your time deciding how you want your life to be and who you want to spend it with." - Sex and the City